Headlines News :
Home » » BAB 2 KEISTIMEWAAN TAUHID

BAB 2 KEISTIMEWAAN TAUHID

Written By Unknown on Jumat, 15 Maret 2013 | 10.38

BAB 2
KEISTIMEWAAN TAUHID
DAN DOSA DOSA YANG DIAMPUNI KARENANYA
Firman Allah  :

“Orang orang yang beriman dan tidak menodai keimanan (1) mereka dengan kedzoliman ( kemusyrikan ) (2), mereka itulah orang- orang yang mendapat ketentraman dan mereka itulah orang orang yang mendapat jalan hidayah”, ( QS. Al An‟am, 82).
Ubadah bin Shomit  menuturkan : Rasulullah  bersabda :
“Barang siapa yang bersyahadat (3) bahwa tidak ada sesembahan yang hak ( benar ) selain Allah saja, tiada sekutu bagiNya, dan Muhammad adalah hamba dan RasulNya, dan bahwa Isa adalah hamba dan RasulNya, dan kalimatNya yang disampaikan kepada Maryam, serta Ruh dari padaNya, dan sorga itu benar adanya, neraka juga benar adanya, maka Allah pasti memasukkanya kedalam sorga, betapapun amal yang telah diperbuatnya”. ( HR. Bukhori & Muslim )
Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari Itban  bahwa Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya Allah  mengharamkan neraka bagi orang orang yang mengucapkan dengan ikhlas dan hanya mengharapkan ( pahala melihat ) wajah Allah”.
(1 ) Iman ialah : ucapan hati dan lisan yang disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat karena Allah, dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah .
(2 ) Syirik disebut kezholiman karena syirik adalah menempatkan suatu ibadah tidak pada tempatnya, dan memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya.
(3 ) Syahadat ialah : persaksian dengan hati dan lisan, dengan mengerti maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya, baik lahir maupun batin.
8
Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri  bahwa Rasulullah  bersabda :
“Musa berkata : “Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk mengingatMu dan berdoa kepadaMu”, Allah berfirman :” ucapkan hai Musa ”, Musa berkata : “ya Rabb, semua hambaMu mengucapkan itu”, Allah menjawab :” Hai Musa, seandainya ketujuh langit serta seluruh penghuninya – selain Aku - dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu timbangan dan kalimat diletakkan dalam timbangan yang lain, niscaya kalimat lebih berat timbangannya.” ( HR. Ibnu Hibban, dan imam Hakim sekaligus menshohehkannya ).
Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits ( yang menurut penilaianya hadits itu hasan ) dari Anas bin Malik  ia berkata aku mendengar Rasulullah  bersabda :
“Allah  berfirman : “Hai anak Adam, jika engkau datang kepadaKu dengan membawa dosa sejagat raya, dan engkau ketika mati dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatupun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat raya pula”.
Kandungan bab ini :
1-Luasnya karunia Allah .
2-Besarnya pahala tauhid di sisi Allah .
3-Dan tauhid juga dapat menghapus dosa.
4-Penjelasan tentang ayat yang ada dalam surat Al – An‟am.
5-Perhatikan kelima masalah yang ada dalam hadits Ubadah.
6-Jika anda memadukan antara hadits Ubadah, hadits Itban dan hadits sesudahnya, maka akan jelas bagi anda pengertian kalimat , juga kesalahan orang-orang yang tersesat karena hawa nafsunya.
7-Perlu diperhatikan syarat-syarat yang disebutkan dalam hadits Itban, ( yaitu ikhlas semata-mata karena Allah, dan tidak menyekutukanNya ).
8-Para Nabipun perlu diingatkan akan keistimewaan .
9-Penjelasan bahwa kalimat berat timbangannya mengungguli berat timbangan seluruh makhluk, padahal banyak orang yang mengucapkan kalimat tersebut.
10-Pernyataan bahwa bumi itu tujuh lapis seperti halnya langit.
11-Langit dan bumi itu ada penghuninya.
12-Menetapkan sifat sifat Allah apa adanya, berbeda dengan pendapat Asy‟ariyah (1).
(1 ) Asy‟ariyah adalah salah satu aliran teologis, pengikut Syekh Abu Hasan Ali bin Ismail Al Asy‟ari ( 260 – 324 H = 874 – 936 M ). Dan maksud penulis di sini ialah menetapkan sifat sifat Allah sebagaimana yang disebutkan dalam Al qur‟an maupun As sunnah. Termasuk sifat yang ditetapkan adalah kebenaran adanya wajah bagi Allah, mengikuti cara yang diamalkan kaum salaf sholeh dalam masalah ini, yaitu : mengimani kebesaran sifat sifat Allah yang dituturkan Al qur‟an dan As sunnah tanpa tahrif, ta‟thil, takyif dan tamtsil. Adapun Asy‟ariyah, sebagian mereka ada yang menta‟wilkannya (menafsirinya dengan makna yang menyimpang dari makna yang sebenarnya ) dengan dalih bahwa hal itu jika tidak dita‟wilkan bisa menimbulkan tasybih ( penyerupaan ) Allah dengan makhlukNya, akan tetapi perlu diketahui bahwa Syekh Abu Hasan sendiri dalam masalah ini telah menyatakan berpegang teguh dengan madzhab salaf sholeh, sebagaimana beliau nyatakan dalam kitab yang ditulis di akhir hidupnya, yaitu Al Ibanah „an ushulid diyanah (editor : Abdul Qodir Al Arnauth, Bairut, makatabah darul bayan, 1401 H ) bahkan dalam karyanya ini beliau mengkritik dan menyanggah tindakan ta‟wil yang dilakukan oleh orang orang yang menyimpang dari madzhab salaf.
9
13-Jika anda memahami hadits Anas, maka anda akan mengetahui bahwa sabda Rasul yang ada dalam hadits Itban : “sesungguhnya Allah mengharamkan masuk neraka bagi orang orang yang mengucapkan dengan penuh ihlas karena Allah, dan tidak menyekutukanNya”, maksudnya adalah tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, bukan hanya mengucapkan kalimat tersebut dengan lisan saja.
Nabi Muhammad dan Nabi Isa adalah sama-sama hamba Allah dan RasulNya.
15-Mengetahui keistimewaan Nabi Isa, sebagai Kalimat Allah(1).
16-Mengetahui bahwa Nabi Isa adalah ruh diantara ruh-ruh yang diciptakan Allah.
17-Mengetahui keistimewaan iman kepada kebenaran adanya sorga dan neraka.
18-Memahami sabda Rasul : “betapapun amal yang telah dikerjakannya”.
19-Mengetahui bahwa timbangan itu mempunyai dua daun.
20- Mengetahui kebenaran adanya wajah bagi Allah.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Labels

Hubungan Qira’at dengan Tajwid

Dari pengertian tajwid dan qiraat diatas terdapat hubungan antara keduanya, bahwa tajwid dan qiraat adalah cara atau metode pengucapan lafal-lafal atau huruf di dalam al-Qur’an, tajwid lebih bersifat teknis dengan upaya memperindah bacaan al-Qur’an, dengan cara membunyikan huruf-huruf al-Qur’an sesuai dengan makhraj serta sifat-sifatnya. Adapun qira’at lebih substansial, yaitu pengucapan lafaz-lafaz al-Qur’an, kalimat ataupun dialek kebahasaan.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Mejlis Ta'lim AL-FALIHIN - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template